BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
` Sebuah landasan teori yang kuat sangat
diperlukan terutama karena praktik akuntansi selalu di hadapi dengan perubahan
lingkungan dunia usaha. Akuntan terus menerus dan tidak mau di hadapi situasi
yang baru, kemajuan teknologi dan inovasi bisnis yang tentu saja semua ini akan
menimbulkan masalah pelaporan dan akuntansi yang baru pula. Masalah-masalah ini
harus dapat ditangani dengan cara yang lebih konsisten dan terorganisir secara
lebih baik. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan memainkan
peranan yang sangat penting terutama di dalam pengembangan sebuah standar
akuntansi yang baru dan revisi atas standar akuntansi yang telah diberlakukan
sebelumnya.
Ketika akuntan harus berhadapan
dengan masalah baru yang belum ada standar akuntansinya, maka kerangka dasar
penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini diharapkan dapat memberikan
sebauh acuan untuk menganalisis dan memecahkan masalah-masalah akuntansi yang
terkini tersebut. Jadi, kerangka dasar penyusunan dan penyajian ini tidak hanya
membantu profesi akuntansi dalam menangani praktik-praktik akuntansi di masa
yang akan datang tetapi juga memberikan dasar atau landasan yang konsisten dan
memadai bagi para penyusun standar akuntansi, penyusun laporan keuangan,
pengguna laporan keuangan dan pihak-pihak lainnya yang turut terlibat dalam
proses laporan keuangan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah pengertian dan tujuan dari KDPPLK?
2.
Apa sajakah ruang lingkup dari KDPPLK?
3.
Siapa sajakah pemakai Informasi
Akuntansi?
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari
KDPPLK
2.
Untuk mengetahui ruang lingkup dari
KDPPLK
3.
Untuk mengetahui para pemakai informasi
akuntansi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Dan Tujuan KDPPLK
Kerangka
dasar ini adalah konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan
keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk
digunakan sebagai acuan bagi:
1)
Komite penyusun standar akuntansi
keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya
2)
Penyusun laporan keuangan, untuk
menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi
keuangan
3)
Auditor, dalam memberikan pendapat
mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum
4)
Para pemakai laporan keuangan, dalam
menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan standar akuntansi keuangan.
B.
Ruang
Lingkup KDPPLK
Kerangka dasar ini membahas:
1)
Tujuan Laporan Keuangan
Sebelum kita membahas mengenai tujuan
dari laporan keuangan, sebaiknya kita mengetahui dulu apak yang dimaksud dengan
laporan keuangan. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses
akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Dengan kata lain, laporan keuangan ini berfungsi sebagai alat informasi yang
menghubungkan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan laporan keuangan menurut PSAK no.1 adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan.
Adapun urutan laporan keuangan
berdasarkan proses penyajiannya adalah:
a.
Laporan Rugi Laba, yaitu laporan yang
sistematis tentang pendatan dan beban perusahaan untuk satu periode tertentu.
Laporan ini memuat informasi mengenai hasil usaha perusahaan, yaitu laba
ataupun rugi.
b.
Laporan Modal Pemilik, yaitu laporan
yang menyajikan ikhtisar perubahan dalam modal suatu perusahaan untuk satu
periode tertentu.
c.
Neraca, yaitu laporan yang sistematis
tentang posisi aktiva, kewajiban dan modal perusahaan. Tujuan dari neraca
adalah menggambarkan posisi keuangan perusahaan.
d.
Laporan Arus Kas, yaitu laporan yang
menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar secara terperinci dari
masing-masing aktivitas, mulai dari aktivitas operasional, investasi dan
aktivitas pendanaan (pembiayaan) dalam satu periode tertentu.
2)
Karakteristik Kualitatif Yang Menentukan
Manfaat Informasi Dalam Laporan Keuangan
a.
Dapat dipahami
Maksudnya adalah pengguna informasi
harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil
operasional perusahaan lewat laporan keuangan. Informasi akan dianggap
berkualitas, jika informasi tersebut mudah dipahami oleh pemakai atau para
pengambil keputusan.
b.
Relevansi
Informasi keuangan dikatakan relevan
jika dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pemakai atau dengan kata lain
mampu membuat beda hasil dari berbagai alternatif keputusan yang ada. Informasi
keuangan yang relevan adalah informasi yang memiliki umpan balik, prediktif dan
ketepatan waktu. Informasi yang memiliki umpan balik ini yang nantinya dapat
membantu mengoreksi harapan-harapan di masa lampau dan kemudian dari hasil
konfirmasi harapan-harapan di masa lampau tersebut selanjutnya dapat digunakan
untuk membantu memprediksi atau memperbaiki hasil di masa mendatang. Jadi dapat
dikatakan informasi yang relevan pada umumnya akan memberikan nilai umpan balik
dan prediktif pada saat yang bersamaan.
Selain itu, ketepatan waktu juga sangat
penting. Ketepatan waktu disini maksudnya adalah bahwa informasi tersebut harus
dapat tersedia pada saat dibutuhkan, terutama setiap pengambilan keputusan
bisnis. Informasi yang baru tersedia setelah sebuah keputusan diambil akan
menjadi sia-sia karena tidak terpakai. Jadi kesimpulannya, informasi yang
relevan adalah informasi yang memiliki nilai umpan balik, prediktif, dapat
tersedia atau disajikan secara tepat waktu.
c.
Reliabilitas
Informasi dikatakan dapat diandalkan
atau memiliki karakteristik kualitatif reliabilitas adalah jika informasi
tersebut dapat diuji, disajikan secara tepat, relatif bebas dari kesalahan,
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan netral.
Informasi dikatakan memiliki daya uji
jika informasi tersebut memberikan hasil yang sama melalui verifikasi oleh
siapapun juga akuntannya dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
Adapun ketepatan penyajian dari suatu
informasi keuangan adalah menggambarkan adanya kecocokan antara besanya hasil
pengukuran dengan aktivitas ekonomi atau item yang diukur atau dengan kata
lain, angka-angka yang ada di dalam laporan keuangan harus benar-benar mewakili
apa yang ada.
d.
Komparabilitas
Komparabilitas memungkinkan pemakai
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata dalam peristiwa ekonomi
dalam perusahaan. Infomasi keuangan akan lebih berguna ketika informasi
tersebut dapat dikaitan dengan sebuah patokan (standar).
e.
Konsistensi
Komparabilitas informasi keuangan untuk
perusahaan yang sama pada periode waktu yang berbeda membutuhkan konsistensi.
Apabila sebuah perusahaan menerapkan perlakuan informasi keuangan yang sama
untuk kejadian-kejadian yang serupa dari periode ke periode maka perusahaan
tersebut dianggap telah konsisten dalam menerapkan standar informasi
keuangannya. Namun, hal ini tidak berarti bahwa perusahaan tersebut tidak boleh
baralih dari satu metode ke metode yang lain. Perusahaan dapat mengubah metode
dari satu ke yang lain sepanjang dapat menunjukkan bahwa metode yang baru
tersebut lebih baik daripada metode yang sebelumnya.
3) Definisi
Pengakuan Dan Pengukuran Serta Unsur-Unsur Yang Membentuk Laporan Keuangan
Pengakuan adalah proses pencatatan
item-item dalam ayat jurnal, dimana untuk setiap item yang diakui harus
memenuhi salah satu definisi dari unsur laporan keuangan. Item-item tersebut
juga harus dapat diukur dalam satuan unit moneter (satuan mata uang) agar dapat
diakui.
Untuk item-item yang memenuhi definisi
unsur laporan keuangan akan tetapi tidak dapat diukur, namun besar
kemungkinannya untuk terjadi, maka item-item tersebut seharusnya tidak dicatat
sampai item-item tersebut dapt diukur. Perlakuan yang tepat untuk kondisi
seperti ini adalah perlunya pengungkapan secara memadai atas informasi terkait
dalam catatan laporan keuangan.
Mengenai kriteria pengukuran, ada lima
atribut pengukuran yang digunakan, yaitu:
a.
Biaya historis, yaitu harga tukar barang
dan jasa pada saat tanggal pembelian. Contoh item yang diukur dengan biaya
historis adalah tanah, bangunan, peralatan dan kebanyakan persediaan.
b.
Biaya pengganti, yaitu harga yang
dibayarkan saat ini untuk membeli atau menggantikan brang atau jasa yang
serupa. Contoh item yang diukur adalah beberapa persediaan yang mengalami
penurunan nilai sejak diperoleh. Persediaan yang termasuk dalam kategori ini
adalah persediaan yang mana jenisnya terus berkembang mengikuti kemajuan
teknologi, seperti komputer, telepon dan lainnya.
c.
Nilai Pasar, yaitu harga jual aktiva
yang berlaku di pasar saat ini.
d.
Nilai bersih yang dapat direalisasi,
yaitu jumlah kas yang diperkirakan akan diterima dari konversi aktiva dalam kegiatan
normal perusahaan. Contohnya adalah nilai bersih piutang.
e.
Nilai sekarang atau niali yang
didiskontokan, yaitu jumlah bersih arus kas masuk atau arus kas keluar di masa
yang akan datang yang didiskontokan ke nilai sekarangnya dengan tingkat suku
bunga tertentu. Contoh item yang diukur adalah piutang wesel, utang obligasi,
utang wesel dan lainnya.
Adapun unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
a.
Aset atau aktiva adalah sesuatu yang
masih memberi nilai manfaat di masa yang akan datang.
Contoh: kas, persediaan, piutang usaha, peralatan dan lainnya.
b.
Liabilitas adalah sumber pemerolehan
dana yang berasal dari pihak lain dimana terdapat kewajiban untuk
mengembalikannya di masa datang. Contoh: pinjaman bank, utang usaha dan
lainnya.
c.
Ekuitas adalah sumber pemerolehan dana
yang berasal dari lain-lain (selain dari
Liabilitas dan penghasilan atau pendapatan).
d.
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama satu periode akuntansi. Laba menjadi pendapatan dan keuntungan.
Pendapatan berasal dari aktivitas utama atau sentral dari perusahaan, contohnya
pendapatan dari penjualan barang dagangan sedangkan keuntungan berasal dari aktivitas
bisnis yang biasa.
e.
Beban adalah jenis penggunaan dana yang
nilai manfaatnya telah dikonsumsi (tidak ada lagi manfaat di masa yang akan
datang). Contoh: beban listrik, beban gaji karyawan dan lainnya.
4) Konsep
Modal Serta Pemeliharaan Modal
Konsep
modal dianut oleh sebagian besar perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan. Pemilihan
konsep modal yang sesuai bagi perusahaan harus didasarkan pada kebutuhan
pemakai laporan keuangan. Jadi, konsep modal keuangan seharusnya dianut kalau
pemakai laporan keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharaan modal
nominal atau daya beli dari modal yang diinvestasikan. Namun demikian, kalau
pemakai berkepentingan dengan kemampuan usaha perusahaan, seharusnya digunakan
konsep modal fisik. Konsep yang dipilih menunjukkan sasaran yang akan dicapai
dalam penetapan laba, bahkan meskipun operasionalisasi konsep tersebut tidak
terlepas dari kesulitan pengukurannya.
Konsep
pemeliharaan modal merupakan konsep perhitungan laba. Dalam konsep ini, laba
dianggap harus memperhitungkan bahwa modal yang diinvestasikan harus terpelihara. Ada dua konsep
pemeliharaan modal, yaitu;
a. Pemeliharaan modal keuangan.
Menurut konsep ini, baru disebut laba
jika jumlah financial aktiva bersih pada
akhir periode melebihi jumlah financial aktiva bersih pada akhir periode
setelah memasukan kembali setiap distribusi dari dan kepada pemilik. Pengukuran
keuangan aktiva bersih dapat dilakukan melalui nilai nominal atau dalam satuan
daya belinya.
b. Pemeliharaan modal fisik
Menurut konsep ini, hanya bisa disebut
laba jika kapasitas produksi fisik atau kemampuan usaha fisik pada akhir
periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, setelah
memasukkan kembali setiap distribusi dari dan kepada pemilik selama suatu
periode.
Konsep pemeliharaan modal berkepentingan dengan
bagaimana perusahaan mendefinisikan modal yang ingin dipelihara
(dipertahankan). Konsep ini mengaitkan konsep modal dengan konsep laba karena
memberikan dasar rujukan untuk mengukur laba. Konsep ini juga merupakan prasyarat
untuk membedakan antara imbalan modal perusahaan (return on capital) dan
pengembalian modal (return of capital); hanya arus masuk aktiva yang melebihi
jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara modal dapat dianggap laba dan karenanya
merupakan imbalan modal. Oleh karena itu, laba merupakan jumlah residual yang
tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau
ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka
jumlah residualnya merupakan kerugian bersih.
C. Pemakai Informasi Akuntansi
Informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh para
pengguna laporan keuangan sangat
berbeda-beda tergantung pada jenis keputusan yang hendak diambil. Para
pemakai informasi akutansi ini dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu pemakai
internal dan pemakai eksternal.
1)
Pemakai
Internal
a.
Direktur
dan Manager Keuangan
Untuk
menentukan mampu tidaknya perusahaan dalam melunasi utangnya secara tepat waktu
kepada kreditor, mereka membutuhkan informasi akuntansi mengenai besarnya uang
kas yang tersedia di perusahaan pada saat menjelang jatuh temponya pinjaman
atau utang.
b.
Direktur
Operasional dan Manager Pemasaran
Untuk
menentukan efektif tidaknya saluran distribusi produk maupun aktivitas
pemasaran yang telah dilakukan perusahaan, maka mereka membutuhkan informasi
akuntansi mengenai besarnya penjualan.
c.
Manager
dan Supervisor Produksi
Mereka
membutuhkan informasi akuntansi biaya untuk menentukan besarnya harga pokok
produksi, yang pada akhirnya juga sebagai dasar untuk menetapkan harga jual produk
per unit nya.
2)
Pemakai
eksternal
a.
Investor
Mereka
menggunakan informasi akuntansi investee untuk mengambil keputusan dalam hal
membeli atau meleps saham investasinya.
b.
Kreditor
Menggunakan
informasi akuntansi debitur untuk mengevaluasi besarnya tingkat risiko dari
pemberian kredit atau pinjaman uang.
c.
Pemerintah
Pemerintah
berkepentigan terhadap laporan keuangan perusahaan dalam hal perhitungan dan
penetapan pajak penghasilan yang harus di setor ke kas negara.
d.
Badan
Pegawas Pasar Modal
BAPEPAM
mewajibkan perusahaan melampirkan
laporan keuangan secara rutin dengan tujuan untuk melindungi para investor.
e.
Ekonom,
Praktisi dan Analisis
Mereka
menggunakan informasi akuntansi untuk memprediksi situasi perekonomian,
menentukan besarnya tingkat inflasi dan pertumbuhan pendapatan nasional.
Komentar
Posting Komentar